I learned in Physics, (ok, not that type of college or SPM physics. This is more serious and more absurd than ever :/ ) that light can be perceived as both particle (in packet of quantized energy called photon which is massless) and also waves (in probability waves)
How could this be? Why so strange? Fish is a fish, and monkey is a monkey. We cannot perceive monkey as both fish and monkey. This is absurd!
Well, actually it's not. As pre-Einstein scientist discovered, that light travel in the form of wave, hence reflection, refraction and diffraction (where light spectrum is bent due to difference in the media density) and the magnificent rainbow in the sky can occur. Young's Double Slit experiment also proves that light undergoes interference which means that light is a wave.
However, years later, Einstein proposed an explanation on how photoelectric effect can can occur. Photoelectric effect is baffling because, as the intensity of light increased, it does not change at all the amount of electrons ejected. Einstein posited that light comes as a quantized packet, which means, in the form of sub-atomic particle called photons.
So, which one is true?
SIGN FROM UNIVERSE
Actually, as you expected, both is true. This property is called as principle of duality. As light emitted, it is in the form of photons, but as it travels, the many photons will form a wave (electromagnetic waves) called probability waves which then transverse to all the universe, including our earth
Interesting?
Our universe has shown us that there is nothing wrong of being perceived as two things at the same time.
Now, in many non-muslims countries on this world muslims are always being perceived as an isolated community, or probably muslims want it to be that way. If there is any muslim, they (the muslims) want the country to be an islamic country.
Well, that is not absolutely true. In Islam, to defend the country is an act of martyr as much as you defend the religion. Hence, there is no wrong if you are an adhering muslim, and at the same time you are also an American, European, African or even Malaysian.
PATRIOTISM
Patriotism is never being banned in Islam. But it has a limit. Dr Tariq Ramadhan mentioned in many of his lecture, there is no such thing as blind loyalty. Loyalty needs to be critical. In the pursue of justice and fairness, sometimes even the most democratic government can slip - so it's up to the citizens to be critical to the Government and the way of the administration.
A muslim, moreover, must exemplify the truest way in conveying the message, that fairness and justice is something to be achieved together. Not just resenting the facts and not walking the talk.
I remembered, that in some crap camp our scholarship recipients have to attend and endure, one of the module asked us to discuss, which is more important. Religion, nation, family and self. I stood up, and said that my religion (islam) is the utmost important. Because, by committing to one, I have to love my country, family and self too. It's so comprehensive.
OUR FAULTS.
But where comes all this nonsense that being a muslim you can't be anything else? Partially, it's from the creeping islamophobic.
Partially, it comes from us. Sometimes, muslims, be it in country of majority muslims or minority ones, we are to stuck up with only-islam-muslims agenda. Yes, it's good, but it gives the wrong perception to the others. Islam comes universally, and Muhammad is sent as rahmah (mercy) to the whole world (QS Al-Anbiya':107). Why limit it only to our sphere?
There are muslims, when some tragedies happened to another non-muslim country, they just bellowed "oh, serve they right! This is because they have been sinful and all" Please, throw away that attitude deep in the sea. Yes, we know that Allah's punishment is due to those people who wronged themselves - but that might not just be the case. Maybe it's Allah's trial upon them and US (fellow muslims) to see how are we going to react. Will we help them? or just mock them?
In the Koran, Allah said to take lessons from the race which have been doomed (QS Thaha:29) because Allah tells us clearly what they had wronged to themselves (QS Ar-Rum:9) You don't know for sure that it is for bad things. Every soul is priceless either they are muslims or not. Or else, Prophet Muhammad won't stand and cry when a Jew dies - because he knew that that means one potential muslim is dead.
Hence, don't be afraid to help people, in spite of our differences. We still are the sons of Adam and Eve, the brothers of Humanity. But that doesn't mean we should stop spreading the words of Tauhid. Spread it, but don't force it. It's not our job to give them hidayah (guidance). It's Allah's.
And don't discriminate those who haven't gotten their hidayah. It's cruel and not a wise act. Who knows our kindness to him may be the reason Allah gives him hidayah?
And for sure, Allah knows best.
Sunday, November 20, 2011
Tuesday, November 15, 2011
Resume: Nidzam Yatimi
Ha! Saya ada seorang kawan yang sangat superb macam Aamir Khan, lebih kurang (ok, ini random)
Dahulu saya ada janji untuk tuliskan entri penghargaan untuknya, tetapi saya ini jenis malu-malu cicak rumah yang dibunuh di malam jumaat, saya tak pernah tulis sewaktu saya di Malaysia.
Memandangkan saya sudah 15 000 KM jauhnya daripada Malaysia, jadi saya tulislah sekarang.
Nama beliau, Nidzam Yatimi, anak encik Ramli, tinggal di Shah Alam. Oh ye, banyak gambar yang saya letak untuk encik Nidzam kenang sendiri memorinya.
Serius saya bilang, dia teman saya yang baik lagi rapat. Sekolah dulu sama-sama, pergi FCR sama-sama, program Qiamullail sama-sama. Hah memang terasalah kehangatan persaudaraan itu. Cheh.
OK, ini entri bukan pasal saya. Tetapi mengenai sahabat saya. Kami dah kenal lama, dari tahun 2004 sewaktu menapak di sebuah sekolah yang indah lagi permai.
Saya ingat lagi dialog pertama saya dengan dia, sebab dia antara orang pertama yang tegur saya dalam kelas prep. Minta tolong berikan makna perkataan dalam bahasa arab. itu seingat sayalah - Tetapi Nidzam sendiri pun tak ingat, tak boleh lah nak tuduh saya salah. Haha. Nak kata rapat dulu, tak juga. Maklumlah,saya jaguh baca, dia jagoan sukan dan nasyid, dan rawi. Eh banyak pula. Dikatakan Messi turut meminta tips main bola daripadanya - ok ini satu penipuan besar.
Forte kami tak sama.
Tetapi masa itu selalu punya jalan, untuk mempertemukan insan dalam satu persimpangan bukan? Dipendekkan cerita kami jadi rapat apabila sama-sama jadi pengawas, dan lebih rapat apabila sama-sama minta DQ tapi saya tak dapat.
Waktu sedih. Hai, sampai sekarang terasa bekasnya. Tetapi Nidzam sering memujuk saya untuk melihat dalam skop yang lebih luas. Nak kata tak cemburu tipulah. Nidzam Yatimi itu hafaz 30 juzu'.
Yang buat dia lebih hebat, aktif bersukan lagi, jaga akhlak dengan kawan-kawan daripada pelbagai lapis dan hierarki masyarakat dan mad'u. Pandai je nak selit-selit agama bila berbual dengannya - sesuatu yang saya perlu belajar daripadanya.
Sekarang dengar cerita dah jadi antara otai FCR, dan sesiapa yang pernah ikut blog saya dahulu, cerpen Dialog dalam Koc merupakan inspirasi daripada cerita yang sahabat saya ini alami.
Sumpah, memang potensi besar.
Baiklah, tak boleh puji banyak-banyak, nanti ada lubang hidung yang kembang.
Ucapan saya, ialah Bro, selamat hari lahir yang ke-20. Moga Allah sentiasa lindungi kau tatkala penjagaan manusia (termasuk aku) tak sampai kepada kau. Orang yang hebat itu ialah yang hebat ketaqwaannya kepada Allah. Moga dikuatkan jiwa kau untuk akur akan sunnatullah perjuangan dalam menjulang syariatullah. Ayuh kita berusaha, Zam.
InsyaAllah, berbahagialah kau di bumi tanah air tercinta, berbakti kepada agama dan ummah. Hanya doa yang mampu kukirimkan, dan tunggulah tahun depan :)
Aku doakan juga kau diberikan jodoh yang solehah, yang akan membimbing dan sudi dibimbing mengharung jalan ke syurga. InsyaAllah
Amin.
Nanti Ramadhan tahun depan kita kumpul dengan Haniff, Sohaib, Fadhil dan lain-lain yang balik Malaysia di Masjid Al-Falah lagi. InsyaAllah.
Uhibbukafillah, akhi :)
Eh, banyak pula gambar yang aku simpan. Haha, dari zaman form 3, sampai F5 kot. Terima kasih buat saudara Imran Zawawi atas gambar-gambar old skool yang saya pun tak tahu saya ada, haha, dan juga dari FB encik Nidzam sendiri
Dahulu saya ada janji untuk tuliskan entri penghargaan untuknya, tetapi saya ini jenis malu-malu cicak rumah yang dibunuh di malam jumaat, saya tak pernah tulis sewaktu saya di Malaysia.
Memandangkan saya sudah 15 000 KM jauhnya daripada Malaysia, jadi saya tulislah sekarang.
Nama beliau, Nidzam Yatimi, anak encik Ramli, tinggal di Shah Alam. Oh ye, banyak gambar yang saya letak untuk encik Nidzam kenang sendiri memorinya.
Encik Nidzam, berbaju melayu Beige. (2006) |
OK, ini entri bukan pasal saya. Tetapi mengenai sahabat saya. Kami dah kenal lama, dari tahun 2004 sewaktu menapak di sebuah sekolah yang indah lagi permai.
Saya ingat lagi dialog pertama saya dengan dia, sebab dia antara orang pertama yang tegur saya dalam kelas prep. Minta tolong berikan makna perkataan dalam bahasa arab. itu seingat sayalah - Tetapi Nidzam sendiri pun tak ingat, tak boleh lah nak tuduh saya salah. Haha. Nak kata rapat dulu, tak juga. Maklumlah,saya jaguh baca, dia jagoan sukan dan nasyid, dan rawi. Eh banyak pula. Dikatakan Messi turut meminta tips main bola daripadanya - ok ini satu penipuan besar.
Forte kami tak sama.
Gambar Rawi |
1 Tuhan, 1 Akidah, bukan 1 Malaysia! |
Waktu sedih. Hai, sampai sekarang terasa bekasnya. Tetapi Nidzam sering memujuk saya untuk melihat dalam skop yang lebih luas. Nak kata tak cemburu tipulah. Nidzam Yatimi itu hafaz 30 juzu'.
Yang buat dia lebih hebat, aktif bersukan lagi, jaga akhlak dengan kawan-kawan daripada pelbagai lapis dan hierarki masyarakat dan mad'u. Pandai je nak selit-selit agama bila berbual dengannya - sesuatu yang saya perlu belajar daripadanya.
Sekarang dengar cerita dah jadi antara otai FCR, dan sesiapa yang pernah ikut blog saya dahulu, cerpen Dialog dalam Koc merupakan inspirasi daripada cerita yang sahabat saya ini alami.
Sumpah, memang potensi besar.
Baiklah, tak boleh puji banyak-banyak, nanti ada lubang hidung yang kembang.
Gambar balas dendam sebab dia ambil gambar saya tidur dulu (2007) |
InsyaAllah, berbahagialah kau di bumi tanah air tercinta, berbakti kepada agama dan ummah. Hanya doa yang mampu kukirimkan, dan tunggulah tahun depan :)
Aku doakan juga kau diberikan jodoh yang solehah, yang akan membimbing dan sudi dibimbing mengharung jalan ke syurga. InsyaAllah
Amin.
Nanti Ramadhan tahun depan kita kumpul dengan Haniff, Sohaib, Fadhil dan lain-lain yang balik Malaysia di Masjid Al-Falah lagi. InsyaAllah.
Uhibbukafillah, akhi :)
Eh, banyak pula gambar yang aku simpan. Haha, dari zaman form 3, sampai F5 kot. Terima kasih buat saudara Imran Zawawi atas gambar-gambar old skool yang saya pun tak tahu saya ada, haha, dan juga dari FB encik Nidzam sendiri
Monday, November 14, 2011
Bintang-bintang di Bumi
Aamir Khan
Saya menonton sebuah cerita hindustan bertajuk "TAARE ZAMEEN PAR" (terjemahan: Bintang-bintang di Bumi) lakonan Aamir Khan. Saya bukan gila hindustan, tetapi saya tonton atas saranan tanpa langsung dari artikel menarik oleh Ustaz Hasrizal bertajuk Dyslexia: Andai Diriku Lebih Berusaha.
saya sarankan, tolong cari dan tonton. [kredit] |
Saya menonton sebuah cerita hindustan bertajuk "TAARE ZAMEEN PAR" (terjemahan: Bintang-bintang di Bumi) lakonan Aamir Khan. Saya bukan gila hindustan, tetapi saya tonton atas saranan tanpa langsung dari artikel menarik oleh Ustaz Hasrizal bertajuk Dyslexia: Andai Diriku Lebih Berusaha.
p/s: OK sekarang Aamir Khan secara rasminya menjadi artis Bollywood kegemaran saya. Cerita-ceritanya seperti Three Idiots, dan cerita yang saya sebut di atas memang TERBAIK. Hai, bilalah penerbit filem Malaysia nak buat cerita dengan tema yang menarik. Tak habis-habis gangster, rempit, hantu, cintan. Ulang benda yang sama sahaja :/ OK berhenti merungut
Secara ringkasnya, Dyslexia atau disleksia merupakan satu masalah pembelajaran (Learning Dysfunction). Penyakit ini bukanlah perkara baru untuk saya, memandangkan dua orang adik saya didiagnos menghidap penyakit tersebut.
Penyakit? Saya kehilangan terminologi di sini, bukan penyakit. Cuma masalah. Masalah yang meminta mereka dan orang di sekeliling mereka untuk bekerja keras.
Personaliti mereka berdua agak berbeza sebenarnya. Si kakak itu lebih suka memendam dan menyendiri di rumah, manakala si adik lebih ekspresif dan aktif. Yang pasti, mereka mempunyai masalah yang sama dalam pembelajaran. Pada awalnya mereka susah membaca dan mengeja, sering terbalik huruf D dan B. Mempunyai daya kordinasi yang lemah, dan lain-lain simptom disleksia.
[kredit] |
Tetapi alhamdulillah, si kakak sudah lama reti membaca dan menulis begitu juga dengan si adik. Mereka juga ada diari!
Dan sebab itulah, apabila Ustaz Hasrizal mengutarakan cerita ini dalam artikelnya, saya rasa sangat terpanggil. Untuk berkongsi pandangan dan kerisauan saya.
Mengenai adik saya yang pertama, beliau melepasi alam persekolahan seperti murid-murid lain yang biasa. Ibu saya berpendapat, walaupun dia ketinggalan dalam banyak perkara, tetapi ada baiknya kerana dia bergaul dengan rakan-rakan yang normal. Sedikit banyak membantunya untuk menolak dirinya sendiri. Dan kini beliau bersekolah menengah seperti rakan-rakannya yang lain.
Adik yang seterusnya pula, dimasukkan ke kelas Pendidikan Khas di sekolah rendahnya. Dan menunjukkan prestasi yang sangat mengagumkan, walaupun cara penilaian mereka bukanlah sama atau setara dengan rakan-rakan sedarjah, tetapi takkan kita mahu menilai gajah dengan menyuruhnya memanjat pokok bukan? Ini tidak adil.
Cerita saya
Alhamdulillah, saya bolehlah dikelompokkan dalam kalangan yang ber'nasib baik'. Kiranya, asal sahaja ada Anugerah Cemerlang, saya takkan ketinggalan, baik sekolah menengah mahupun rendah. Ke'nasib-baik'kan saya ini mendorong saya untuk memandang rendah, menjauhi mereka yang tidak se'aliran' dengan saya. Tidak, bukanlah saya mendiskriminasi orang lain kerana mereka tidak dapat hadiah, cuma saya masih ingat, sewaktu sekolah rendah saya akan semacam takut bergaul dengan rakan-rakan di kelas pemulihan.
Kerana di sekolah rendah, ketinggalan dalam pelajaran itu sering dikaitkan dengan kenakalan murid-murid. Walhal, kesnya tidak semua begitu!
Apabila adik saya sendiri yang berada di kelas pemulihan, saya mengerti, dan memahami. Bahawa bukan semua manusia dijadikan setara dari segi intelektual dan potensinya.
Pendidikan
Alhamdulillah, ibu dan ayah saya terbuka mengenai perkara ini. Mereka tidak menafikan kelemahan yang menimpa adik-adik saya dan sering menyokong mereka. Cuma terkadang, seperti biasa kita keliru antara pencapaian dan prestasi. Ramai yang memandang output dan terlupa memandang proses, sedangkan Allah itu sering menilai proses kerana output itu tertakluk dalam budi rahmat dan rahim-Nya.
Membanding-bandingkan anak, sebenarnya bukanlah satu tindakan bijak. Ia boleh dijadikan motivasi, tetapi selalunya ia hanya mencederakan serta meratah keyakinan anak yang kurang ber"nasib baik". Kadang-kadang saya terlepas juga apabila hendak memberikan motivasi kepada adik-adik saya yang lain yang malas belajar (baca: bukan kerana keterbatasan). Dan ditakuti pula akhirnya anak-anak hanya akan pasrah kepada realiti dan terus membiarkan diri mereka larut dalam kegagalan.
Benarlah pendidikan itu, baik anda ibu, ayah mahupun guru, malah abang atau kakak; jika anda senior ataupun naqib usrah, kita perlu insaf bahawa pendidikan bukan sahaja ialah menyampaikan dan memastikan mereka mampu menerima dan mengolah input yang diberi, tetapi juga memahami mereka.
Anak-anak seharusnya, baik mempunyai masalah atau tidak, dicungkil potensinya. Dan paling utama, diberikan pemahaman agama yang baik. Bahawa nilaian Allah itu yang utama, dan Allah tidak melihat kepada pakaian, rupa mahupun kepandaian. Tetapi hati. Mereka perlu diberi faham bahawa kelebihan yang ada perlu dimanfaatkan bersama bukan satu agregat untuk memandang hina mereka yang lain.
Bagi saya, pendidikan seharusnya bersifat dua hala. Si pendidik harus sedia untuk memahami dan mencungkil potensi, manakala si dididik itu harus sedia menerima dan mengaplikasi. Lihat sahajalah Rasulullah SAW mendidik para sahabat, tidak sampai seratus tahun Islam sudah tersebar ke seluruh pelusuk arab - dan dalam tempoh kurang lima ratus tahun, Islam sudah menyentuh hampir 2/3 muka bumi!
Soalnya...
Balik semual ke tajuk asal, disleksia. Kenapa saya menulis mengenai perkara ini sedangkan saya masih jauh lagi untuk mempunyai anak, apatah lagi menjadi suami pun belum?
Suka hati sayalah, blog saya!
Haha, tidak. Sebenarnya saya tersentuh - dan insaf - apabila menonton cerita di atas. Selaku abang sulung tidak banyak yang saya buat untuk membantu ibu dan ayah saya mengurus adik-adik. Ya, kerana saya masih anak - tetapi itu bukan alasan. Bak kata kawan saya Encik Haniff pengail di Tepian Muara (saya tak pasti ini dicedok atau ideanya) "anak sulung itu mencorak"
Pihak LGBT, mereka boleh bersuara untuk hak mereka. Boleh panggil Elton John.
Bagaimana pula untuk mereka yang kurang bernasib baik ini? Anak-anak Sindrom Down, Disleksia dan lain-lain masalah mental dan pembelajaran, bagaimanakan nasib mereka? Bersuara untuk kehendak mereka pun sudah menjadi satu beban untuk mereka, apatah lagi hendak bersuara demi hak mereka. Memang mereka akan menerima taraf OKU dan menerima duit bantuan Jabatan Kebajikan Masyarakat - tetapikah adakah potensi yang mereka ada dibazirkan?
Cukupkah silibus yang kita ada sekarang untuk memastikan pendidikan yang para murid terima mampu menyediakan mereka untuk masa depan mereka?
Pendidikan bukan sekadar ini [kredit] |
Apatah lagi dalam sistem pendidikan yang sempit dan menjulang nilaian gred lebih daripada nilaian ilmu itu sendiri - mampukah kita menghasilkan genius-genius hebat seperti Albert Einstein, Thomas Alva Edison dan Picasso yang masig-masing mempunyai masalah pembelajaran awalnya tetapi berjaya membolosi sistem dan menyerlahkan kehebatan mereka?
Setiap anak itu, merupakan bintang di bumi - dan terpulang kepada kita untuk memandang sinar mereka dengan penuh harapan atau hanya silau tak berpunca. Mereka perlu dibentuk menjadi bintang gah membentuk buruj yang bermanfaat buat sekalian manusia supaya tidak terasing menyepi sebagai bintang malap tak bernama.
Siapapun anda, anda mampu mengubahnya.
Ya Allah bantulah kami menelusuri jalan ini.
Saturday, November 12, 2011
Tolong, 15 saat sahaja!
Saya berkesempatan dahulu (eh tak lah lama sangat) tapi minggu lepas untuk menghadiri program. Pada asalnya berat sangat hati nak pergi sebab kena bayar dan duit pula tiada dan ada pula lagi dua ujian yang bakal menanti tertawa kejam melihatku terkontang-kanting belajar.
Tetapi setelah dipaksa siap dengan umpan yang ada orang nak bayarkan, saya pun pergilah.
Program ini namanya Change Begins with Choice 2.0, bukan, tiada kaitan dengan Bersih 2.0 atapun USB 2.0. Ia merupakan sebuah program anjuran MasterPIES dengan kelolaan bersama ikhwah (saudara-saudara) US yang diketuai oleh Bro Hazrool yang Handsomez. Sebenarnya banyak yang saya dapat, tapi saya cerita apa yang saya sudah amalkanlah, nanti jadi don't walk the talk pula.
Semasa program, kami diberi kesempatan untuk meluahkan isi hati kami selaku pelajar tajaan. Cheh, bukan sebab elaun tak cukup, tetapi kami tiada kebebasan untuk memilih apa yang sebenarnya kami mahu. Maklumlah sebelum dapat tajaan kami harus memilih - dan hanya berdasarkan keputusan SPM yang gempak - eh, alhamdulillah - kami memilih apa yang kami rasa kami patut ambil.
Tetapi apa yang kami rasa patut ambil tidak sama dengan apa yang kami mahu. Jadi satu sesi kami dalam program itu didedikasikan dengan "Kalau anda boleh tukar major apa yang anda mahu ambil sebenarnya tanpa perlu merisaukan mengenai apa-apa baik wang, tajaan, mahupun ibu bapa"
Jadi memandangkan kami rata-ratanya budak sains dan sains aktuari, masing-masing ada cita-cita yang unik lagi tersendiri. Nak ambil sains sosial, kajian keluarga, nak melukis komik dan sebagainya.
Penceramah kami pada hari itu sangat tersendiri. Brother Kamran Pasha, seorang penulis skrip, novelis, dan penerbit di Hollywood (ya, anda tak salah baca) yang juga memegang ijazah dalam bidang Theologi, Undang-undang dan MBA dari Princeton. Wah, kenapa hebat sangat? Sebab dia memilih untuk mengikut saya quote "What Allah created you for".
Antara drama bersiri US yang dikarang oleh Kamran Pasha ialah Sleeper Cell, sedutannya di bawah.
p/s: Cerita dia taklah 100% islamik, ada juga adegan yang "tak bersih". Faham maksud saya? Tetapi mesej yang disampaikan itu islamiklah.
Ok, ini baru muqaddimah bila nak masuk entri yang berkaitan dengan tajuk? Ha, maafkan saya. Saya akan cerita sikit.
Yang pertama, anda ada impian? Tetapi jalan yang anda ambil membuatkan anda semakin jauh dengan impian anda?
Jangan menyerah kalah! Jika impian anda membuatkan anda menyumbang kepada ummah, dalam keadaan yang unik, seperti yang Kamran Pasha lakukan, anda masih boleh merancang untuknya.
Antara langkah mudah yang Kamran ajarkan kepada kami ialah prinsip 15 saat yang diambilnya daripada 15 second Principles oleh Al Secunda
Saya tak pernah baca, jadi tak boleh cerita banyak. Tetapi bak kata Kamran luangkan masa hanya 15 saat untuk anda lakukan apa yang anda rasa takut/malas nak lakukan, kalau selepas 15 saat anda masih lagi tak merasa "dzuq"-nya, jadi berhentilah. Sambung lain kali.
Ha, macam mana? Katakan anda mahu menulis novel tetapi anda takut/malas nak memulakan. Hanya luangkan masa 15 saat di depan Microsoft Word dan mulalah menaip.
Kalau anda mahu jadi Hafiz al-Quran tetapi tak dapat peluangnya, maka luangkanlah 15 saat untuk anda memulakannya.
Kalau anda mahu belajar pun, dan rasa malas... pun ingat... berapa saat?
Ya. 15 saat :D
Kalau anda minat melakar dan berfesyen, maka luangkanlah masa 15 saat untuk melatih bakat anda. Serius, kita perlukan lebih ramai muslim yang faham agenda dan risalah sebalik fesyen islamik, bukan setakat hanta tahu melabel islamik hanya dengan menutup rambut (saya cadangkan buku Manikam Kalbu karya Faisal Tehrani untuk anda hadam asas falsafah fesyen islam)
Malah, bukan setakat impian terpendam. Kalau hendak beramal pun macam tu juga. Nampak al-Quran cantik tersusun atas meja, luangkanlah masa 15 saat. Bacalah walau seayat, kemudian tadabbur sikit. Besar ganjaran. Satu huruf 10 pahala Allah bagi. Mulakanlah dengan 15 saat.
Kita sering takut untuk berbuat baik kerana kita sering mendapat gambaran bahawa kita akan jadi tak konsisten, tewas dengan cabaran dan sebagainya. Memang, anda patut begin with the end in mind - tetapi seorang muslim, "the end" yang kita cari sepatutnya bukanlah perjalanan kerana kesusahan dan kesenangan itu ialah proses. Jadi apakah "the end" yang dimaksudkan?
Kita sebut hari-hari dalam niat kita - lillahi taala. Itulah "the end" agung umat islam, melangkaui batas dunia material yang kita kenal - goal kita. Keredhaan Allah, pahala-Nya dan syurga-Nya. Itu yang kita fokuskan. sasaran kita. Tetapi salah kita kerana asyik fokus kepada fokus.
Kita perlu ingat, bahawa setiap yang baik itu datang daripada Allah, maka apabila anda menulis novel seperti kata Kamran Pasha, dia hanya menjadi asbab untuk ilham Allah datang kepadanya. Katanya 95% daripada novel yang ditulis dia tidak ingat pun langsung bahawa dia yang menulisnya. Oleh itu, 15 saat yang pertama anda hanya perlu fokus dan membiarkan sub-conscious mind anda untuk ambil alih. Wah nampak kompleks bukan? Tetapi tidak, sebenarnya kita hanya perlu memulakan.
Juga, jika anda berpeluang untuk kembangkan lagi apa yang anda mahu, maka tambahlah ilmu anda dalam bidang-bidang berkaitan. Ada banyak cara, boleh baca buku, atau ambil kelas jika universiti anda tawarkan. InsyAllah apa yang anda mahu itu pasti akan datang.
Tetapi, jalannya tidak pernah mudah. Hatta nabi Muhammad SAW pun perlu sengsara untuk menyebarluaskan agama Allah ini, apatah lagi kita. Oleh itu, kita perlu beringat, bahawa setiap kali dalam kesusahan dalam pilihan yang kita ambil serahkan urusan kita pada Allah. Dia yang meletakkan kita dalam kesusahan, dan pasti dia juga yang akan keluarkan. Percayalah kesabaran dalam ujian itu sangat besar di sisi Allah.
Jadi bagaimana? 15 saat sahaja.
Ambil jam randik anda dan bermulalah!
Tetapi setelah dipaksa siap dengan umpan yang ada orang nak bayarkan, saya pun pergilah.
Program ini namanya Change Begins with Choice 2.0, bukan, tiada kaitan dengan Bersih 2.0 atapun USB 2.0. Ia merupakan sebuah program anjuran MasterPIES dengan kelolaan bersama ikhwah (saudara-saudara) US yang diketuai oleh Bro Hazrool yang Handsomez. Sebenarnya banyak yang saya dapat, tapi saya cerita apa yang saya sudah amalkanlah, nanti jadi don't walk the talk pula.
Semasa program, kami diberi kesempatan untuk meluahkan isi hati kami selaku pelajar tajaan. Cheh, bukan sebab elaun tak cukup, tetapi kami tiada kebebasan untuk memilih apa yang sebenarnya kami mahu. Maklumlah sebelum dapat tajaan kami harus memilih - dan hanya berdasarkan keputusan SPM yang gempak - eh, alhamdulillah - kami memilih apa yang kami rasa kami patut ambil.
Tetapi apa yang kami rasa patut ambil tidak sama dengan apa yang kami mahu. Jadi satu sesi kami dalam program itu didedikasikan dengan "Kalau anda boleh tukar major apa yang anda mahu ambil sebenarnya tanpa perlu merisaukan mengenai apa-apa baik wang, tajaan, mahupun ibu bapa"
Jadi memandangkan kami rata-ratanya budak sains dan sains aktuari, masing-masing ada cita-cita yang unik lagi tersendiri. Nak ambil sains sosial, kajian keluarga, nak melukis komik dan sebagainya.
Penceramah kami pada hari itu sangat tersendiri. Brother Kamran Pasha, seorang penulis skrip, novelis, dan penerbit di Hollywood (ya, anda tak salah baca) yang juga memegang ijazah dalam bidang Theologi, Undang-undang dan MBA dari Princeton. Wah, kenapa hebat sangat? Sebab dia memilih untuk mengikut saya quote "What Allah created you for".
Antara drama bersiri US yang dikarang oleh Kamran Pasha ialah Sleeper Cell, sedutannya di bawah.
Ok, ini baru muqaddimah bila nak masuk entri yang berkaitan dengan tajuk? Ha, maafkan saya. Saya akan cerita sikit.
Yang pertama, anda ada impian? Tetapi jalan yang anda ambil membuatkan anda semakin jauh dengan impian anda?
Jangan menyerah kalah! Jika impian anda membuatkan anda menyumbang kepada ummah, dalam keadaan yang unik, seperti yang Kamran Pasha lakukan, anda masih boleh merancang untuknya.
Antara langkah mudah yang Kamran ajarkan kepada kami ialah prinsip 15 saat yang diambilnya daripada 15 second Principles oleh Al Secunda
Saya tak pernah baca, jadi tak boleh cerita banyak. Tetapi bak kata Kamran luangkan masa hanya 15 saat untuk anda lakukan apa yang anda rasa takut/malas nak lakukan, kalau selepas 15 saat anda masih lagi tak merasa "dzuq"-nya, jadi berhentilah. Sambung lain kali.
Ha, macam mana? Katakan anda mahu menulis novel tetapi anda takut/malas nak memulakan. Hanya luangkan masa 15 saat di depan Microsoft Word dan mulalah menaip.
Kalau anda mahu jadi Hafiz al-Quran tetapi tak dapat peluangnya, maka luangkanlah 15 saat untuk anda memulakannya.
Kalau anda mahu belajar pun, dan rasa malas... pun ingat... berapa saat?
Ya. 15 saat :D
Kalau anda minat melakar dan berfesyen, maka luangkanlah masa 15 saat untuk melatih bakat anda. Serius, kita perlukan lebih ramai muslim yang faham agenda dan risalah sebalik fesyen islamik, bukan setakat hanta tahu melabel islamik hanya dengan menutup rambut (saya cadangkan buku Manikam Kalbu karya Faisal Tehrani untuk anda hadam asas falsafah fesyen islam)
Malah, bukan setakat impian terpendam. Kalau hendak beramal pun macam tu juga. Nampak al-Quran cantik tersusun atas meja, luangkanlah masa 15 saat. Bacalah walau seayat, kemudian tadabbur sikit. Besar ganjaran. Satu huruf 10 pahala Allah bagi. Mulakanlah dengan 15 saat.
Kita sering takut untuk berbuat baik kerana kita sering mendapat gambaran bahawa kita akan jadi tak konsisten, tewas dengan cabaran dan sebagainya. Memang, anda patut begin with the end in mind - tetapi seorang muslim, "the end" yang kita cari sepatutnya bukanlah perjalanan kerana kesusahan dan kesenangan itu ialah proses. Jadi apakah "the end" yang dimaksudkan?
Jangan fokus pada proses. Fokus pada sasaran! [kredit] |
Kita perlu ingat, bahawa setiap yang baik itu datang daripada Allah, maka apabila anda menulis novel seperti kata Kamran Pasha, dia hanya menjadi asbab untuk ilham Allah datang kepadanya. Katanya 95% daripada novel yang ditulis dia tidak ingat pun langsung bahawa dia yang menulisnya. Oleh itu, 15 saat yang pertama anda hanya perlu fokus dan membiarkan sub-conscious mind anda untuk ambil alih. Wah nampak kompleks bukan? Tetapi tidak, sebenarnya kita hanya perlu memulakan.
Juga, jika anda berpeluang untuk kembangkan lagi apa yang anda mahu, maka tambahlah ilmu anda dalam bidang-bidang berkaitan. Ada banyak cara, boleh baca buku, atau ambil kelas jika universiti anda tawarkan. InsyAllah apa yang anda mahu itu pasti akan datang.
Tetapi, jalannya tidak pernah mudah. Hatta nabi Muhammad SAW pun perlu sengsara untuk menyebarluaskan agama Allah ini, apatah lagi kita. Oleh itu, kita perlu beringat, bahawa setiap kali dalam kesusahan dalam pilihan yang kita ambil serahkan urusan kita pada Allah. Dia yang meletakkan kita dalam kesusahan, dan pasti dia juga yang akan keluarkan. Percayalah kesabaran dalam ujian itu sangat besar di sisi Allah.
Jadi bagaimana? 15 saat sahaja.
Ambil jam randik anda dan bermulalah!
Friday, November 4, 2011
Aidil Adha Tiba.
Kita lihat si kecil yang besar hikmahnya,
menduga siapakah si pencipta dirinya,
katanya pada bintang,"Tuhanku bukanlah yang hilang,"
katanya pada bulan, "Aku benci pada yang terbenam,"
Dilihatnya matahari, penuh kuasa memancar,
tetapi tenggelam apabila malam larut,
Putusnya, "Aku bersaksi akan Tuhan yang mencipta
Langit, bumi dan seisinya"
Jiwa kecil sudah mengenali makrifah,
lantas dipilih menatang Khalilullah.
Ayahnya sendiri petukang berhala,
tetap teguh pendiriannya menjulang kebenaran,
Muslihat dirancang satu titik penyedaran,
"Lihatlah yang berhala besar,
Kapak ada padanya, maka dialah pemusnah
berhala"
Kaumnya tenggelam dalam kebodohan
dan dalam hanyut kebodohan
Hukuman dijatuhkan
Dicampaknya ke dalam api marak
Tapi sungguh urusan itu milik Allah
Api menyejuk menenangkan kekasih-Nya.
Tidak kurang hebatnya,
AlQuran perkenalkan ketokohan anaknya
Mimpi ayahnya dibenarkan
Dia rela dikorbankan
Sungguh Tuhan itu Maha Pengasih
Jua Maha Penyayang
Jibril mampir memberi kibas
Maka si anak dilepaskan
Iman dikuatkan
Kesabaran ditampakkan
Benarlah, dari keduanya
Hadir insan agung penyeri alam
Muhammad Shallahu 'alaihi wasalam
wa ali Muhammad
Kama barakta 'ala Ibrahim
wa ala 'ali ibrahim
Qurban asalnya Qa-ra-ba
Ertinya dekat dan mendekat
Kita berkorban untuk mendekat
dan berdamping dengan Zat
Pabila teruji, Ismail dan Ibrahim
memilih untuk berkorban
lalu jarak terkurang
antara mereka dengan Tuhan
Kisah dua insan
Jadi pedoman suguhan Jiwa
Eid Al adha jadi sambutan
Ibrahim dan Ismail
Alahuma as-Salam
Yang satu menentang dalam kejahilan
Agar kebenaran tertegak tanpa kompromi
Yang satu membenarkan dalam keimanan
Perintah tuhan tanpa kompromi
Sungguh benar itu dua Nabi
dan kita hanya insan biasa.
tetapi ingatlah kita tidak dicampak
ke api yang menjulang
Mahupun ayah mendekat dengan mimpi
mahu dikorban disembelih
Perjuangan kita pada islam
tiada berhala untuk kita roboh
tiada mimpi ayah kita terpatuh
hanya wahyu Tuhan Maha Agung
dan cetusan peribadi Contoh Ulung
Nah, aidil adha tiba
Sediakah mengulang ibrah
Pada kuatnya Ibrahim
dan tegarnya Ismail?
menduga siapakah si pencipta dirinya,
katanya pada bintang,"Tuhanku bukanlah yang hilang,"
katanya pada bulan, "Aku benci pada yang terbenam,"
Dilihatnya matahari, penuh kuasa memancar,
tetapi tenggelam apabila malam larut,
Putusnya, "Aku bersaksi akan Tuhan yang mencipta
Langit, bumi dan seisinya"
Jiwa kecil sudah mengenali makrifah,
lantas dipilih menatang Khalilullah.
Ayahnya sendiri petukang berhala,
tetap teguh pendiriannya menjulang kebenaran,
Muslihat dirancang satu titik penyedaran,
"Lihatlah yang berhala besar,
Kapak ada padanya, maka dialah pemusnah
berhala"
Kaumnya tenggelam dalam kebodohan
dan dalam hanyut kebodohan
Hukuman dijatuhkan
Dicampaknya ke dalam api marak
Tapi sungguh urusan itu milik Allah
Api menyejuk menenangkan kekasih-Nya.
Tidak kurang hebatnya,
AlQuran perkenalkan ketokohan anaknya
Mimpi ayahnya dibenarkan
Dia rela dikorbankan
Sungguh Tuhan itu Maha Pengasih
Jua Maha Penyayang
Jibril mampir memberi kibas
Maka si anak dilepaskan
Iman dikuatkan
Kesabaran ditampakkan
Benarlah, dari keduanya
Hadir insan agung penyeri alam
Muhammad Shallahu 'alaihi wasalam
wa ali Muhammad
Kama barakta 'ala Ibrahim
wa ala 'ali ibrahim
Qurban asalnya Qa-ra-ba
Ertinya dekat dan mendekat
Kita berkorban untuk mendekat
dan berdamping dengan Zat
Pabila teruji, Ismail dan Ibrahim
memilih untuk berkorban
lalu jarak terkurang
antara mereka dengan Tuhan
Kisah dua insan
Jadi pedoman suguhan Jiwa
Eid Al adha jadi sambutan
Ibrahim dan Ismail
Alahuma as-Salam
Yang satu menentang dalam kejahilan
Agar kebenaran tertegak tanpa kompromi
Yang satu membenarkan dalam keimanan
Perintah tuhan tanpa kompromi
Sungguh benar itu dua Nabi
dan kita hanya insan biasa.
tetapi ingatlah kita tidak dicampak
ke api yang menjulang
Mahupun ayah mendekat dengan mimpi
mahu dikorban disembelih
Perjuangan kita pada islam
tiada berhala untuk kita roboh
tiada mimpi ayah kita terpatuh
hanya wahyu Tuhan Maha Agung
dan cetusan peribadi Contoh Ulung
Nah, aidil adha tiba
Sediakah mengulang ibrah
Pada kuatnya Ibrahim
dan tegarnya Ismail?
Thursday, November 3, 2011
Hidup Seperti Musafir
Saya bukanlah orang senang. Dahulu apabila mengharap duit ibu dan ayah, kadang-kadang dapat dan kadang-kadang tidak. Alhamdulillah itupun dah cukup bersyukur dah, dikurniakan ibu dan ayah yang tahu menghargai hasil usaha anak-anaknya.
Bukan mudah mahu cari duit. Saya lihat ayah sebagai sole breadwinner, kerja overtime, buat kapal VIP dan buat perniagaan bersama-sama kawan-kawannya. Moga Allah permudahkan dan berkati hasil kerja ayah.
Kini masuk zaman tajaan. Alhamdulillah, limpahan kewangan. Ibu dan ayah juga merasa terpanggil untuk memberikan duit kerana menurut mereka, ini memang tanggungjawab mereka. Apatah lagi sewaktu duit habis.
Macam mana boleh habis? Ha, ini yang saya nak kritik diri saya.
Dahulu teringin juga mahu rasa itu dan ini, makan itu dan ini tetapi selalunya tidak dapat. Dan apabila dapat duit biasiswa, apa lagi, berbelanjalah untuk menunaikan hasrat terpendam setelah sekian lama. Cheh. Walaupun hakikatnya duit saya tidaklah banyak yang disalurkan ke arah itu, tetapi tuntutan seperti duit tambang setiap kali berprogram, dan makan minum, dan beli buku-buku yang lain saya lupa nak ambil kira. Jadinya, selalu akhir bulan sebelum masuk elaun baru, ibu dan ayah yang kena top upkan.
Di situlah pembaziran berlaku - untuk benda-benda yang tiada kaitan dengan tarbiyyah dan perjuangan. Saya jadi ber"nafsu" pula untuk beli barang-barang yang berjenama sedangkan ada lagi yang masih berjenama, dan berkualiti tetapi lebih murah. Apatah lagi di bumi Pakcik Sam ini, semuanya nak direbutkan. Beli barang online lagi. Mudah, ada kad debit.
Tambah-tambah lagi, saya tak perlu simpan duit untuk balik, memandakan ada keistimewaan daripada ayah sebagai pekerja MAS. Maka membuak-buaklah nafsu lagi.
Sehinggalah saya dapat satu nasihat yang mahal daripada akhi saya, Abang Nadir al-Nuri. Menasihati saya akan peri pentingnya zuhud.
Ya. Zuhud bukanlah bermakna mengabaikan langsung kehidupan dunia, tetapi mengambil sekadar perlu. Dan bukanlah bermakna, hanya di waktu kesusahan baru hendak mengamalkan zuhud - tetapi di waktu senang juga kita berpada-pada - barulah mahal di sisi Allah.
Ini saya berpesan kepada diri sendiri terutamanya. Hendak mengamalkan zuhud ala-ala para sahabat dan kekasih-kekasih Allah mungkin sangat-sangat di luar batas kemampuan saya. Tetapi, perlu berpada-padalah agar duit yang disumbangkan itu kelak boleh menjadi saksi amal kebaikan kita di hadapan Allah kelak. InsyaAllah.
InsyaAllah, kalau berkemampuan, dengan duit biasiswa ini, dan campur duit bekerja di US, saya mahu belanja ibu dan ayah buat umrah. Selalu ibu dan ayah ada sahaja tiket percuma, tetapi dari segi kemampuan untuk berbelanja di sana sering tidak ada - memikirkan yuran persekolahan dan lain-lain keperluan untuk kami adik beradik.
Jadi, kita tunggulah. Moga Allah permudahkan.
Oh ye, nak murah rezeki, kena banyak memberi, dan memberi dan bersyukur :) Tabung Palestine, tabung Somalia, dan banyak lagi tabung. InsyaAllah, mari sama-sama menderma :D
Bukan mudah mahu cari duit. Saya lihat ayah sebagai sole breadwinner, kerja overtime, buat kapal VIP dan buat perniagaan bersama-sama kawan-kawannya. Moga Allah permudahkan dan berkati hasil kerja ayah.
Kini masuk zaman tajaan. Alhamdulillah, limpahan kewangan. Ibu dan ayah juga merasa terpanggil untuk memberikan duit kerana menurut mereka, ini memang tanggungjawab mereka. Apatah lagi sewaktu duit habis.
Macam mana boleh habis? Ha, ini yang saya nak kritik diri saya.
Dahulu teringin juga mahu rasa itu dan ini, makan itu dan ini tetapi selalunya tidak dapat. Dan apabila dapat duit biasiswa, apa lagi, berbelanjalah untuk menunaikan hasrat terpendam setelah sekian lama. Cheh. Walaupun hakikatnya duit saya tidaklah banyak yang disalurkan ke arah itu, tetapi tuntutan seperti duit tambang setiap kali berprogram, dan makan minum, dan beli buku-buku yang lain saya lupa nak ambil kira. Jadinya, selalu akhir bulan sebelum masuk elaun baru, ibu dan ayah yang kena top upkan.
Di situlah pembaziran berlaku - untuk benda-benda yang tiada kaitan dengan tarbiyyah dan perjuangan. Saya jadi ber"nafsu" pula untuk beli barang-barang yang berjenama sedangkan ada lagi yang masih berjenama, dan berkualiti tetapi lebih murah. Apatah lagi di bumi Pakcik Sam ini, semuanya nak direbutkan. Beli barang online lagi. Mudah, ada kad debit.
Tambah-tambah lagi, saya tak perlu simpan duit untuk balik, memandakan ada keistimewaan daripada ayah sebagai pekerja MAS. Maka membuak-buaklah nafsu lagi.
Baru-baru ini, saya mahu kumpul duit pula untuk beli laptop "Alienware" - dalam $1500. Sebenarnya itu sangat mahal, tetapi entah kenapa saya menyimpan azam untuk itu pula. Sedangkan tak perlu - langsung tak perlu.
Sehinggalah saya dapat satu nasihat yang mahal daripada akhi saya, Abang Nadir al-Nuri. Menasihati saya akan peri pentingnya zuhud.
"Oh,that IS a pity.sini alhamdulillah,i just spend money on food and rent.and topup.the teachers teach us zuhud.ada sorang ustaz tak makan daging lembu,just because it's expensive compared to chicken etc.he says,why should he spend more on something when he can substitute it for something cheaper,when in the end it turns out to be the same?he even stops himself from buying a watch because he says he has his hp clock.
I guess we could apply snippets of that in our lives.what we have,or want,is measured by how much it paves a way to jannah in the few years we have to live.when we buy more than we need,in terms of value or price,logically it would bring us farther from jannah.kot?
Did not rasulullah s.a.w sleep on a straw mat that left marks on his bed,and fast when there was no food on the table,although he could have led a better life.maybe just buy a thin quilt,or make sure there was at least something to eat everyday?
Hadis nabi sebut,hiduplah di dunia seperti musafir lalu di persinggahan.what a musafir would bring in a journey is sufficient for us on the way to our final destination.we don't buy and bring everything in a journey,for sure it will become a burden.
Subhanallah.wa astaghfirullah.i've been preaching.forgive me for saying things that i myself suffer trying to do.allah yaftah alaina,ya akhi qalbi." - diedit sedikit dari segi ejaan.
Ya. Zuhud bukanlah bermakna mengabaikan langsung kehidupan dunia, tetapi mengambil sekadar perlu. Dan bukanlah bermakna, hanya di waktu kesusahan baru hendak mengamalkan zuhud - tetapi di waktu senang juga kita berpada-pada - barulah mahal di sisi Allah.
Ini saya berpesan kepada diri sendiri terutamanya. Hendak mengamalkan zuhud ala-ala para sahabat dan kekasih-kekasih Allah mungkin sangat-sangat di luar batas kemampuan saya. Tetapi, perlu berpada-padalah agar duit yang disumbangkan itu kelak boleh menjadi saksi amal kebaikan kita di hadapan Allah kelak. InsyaAllah.
InsyaAllah, kalau berkemampuan, dengan duit biasiswa ini, dan campur duit bekerja di US, saya mahu belanja ibu dan ayah buat umrah. Selalu ibu dan ayah ada sahaja tiket percuma, tetapi dari segi kemampuan untuk berbelanja di sana sering tidak ada - memikirkan yuran persekolahan dan lain-lain keperluan untuk kami adik beradik.
Jadi, kita tunggulah. Moga Allah permudahkan.
Oh ye, nak murah rezeki, kena banyak memberi, dan memberi dan bersyukur :) Tabung Palestine, tabung Somalia, dan banyak lagi tabung. InsyaAllah, mari sama-sama menderma :D
Tuesday, November 1, 2011
Tahniah, Palestin!
Alhamdulillah. 31 Oktober 2011, Palestin telah berjaya diterima masuk sebagai ahli kepada UNESCO, sebuah pertubuhan dari Pertubuhan Bangsa-Bangsa Bersatu yang memberi fokus kepada Pendidikan, Sains dan Kebudayaan.
Menurut jurucakap Palestinian National Authority, Ghassan Al-Khatib, mereka akan melakukan tindakan praktikal supaya isu Palestin ini berjaya diselesaikan kelak dan memulangkan hak rakyat Palestin.
Penerimaan keahlian Palestin dalam UNESCO sebenarnya tidak langsung menyelesaikan masalah sempadan Israel-Palestin. Tetapi ini akan menjadi batu loncatan untuk Palestin diterima masuk oleh Pertubuhan Bangsa-Bangsa Bersatu. UNESCO merupakan sebuah agensi PBB yang menumpukan kepada pendidikan, sains dan kebudayaan - dengan keahlian yang diterima hak pendidikan rakyat Palestin akan dipastikan oleh UNESCO, begitu juga dengan beberapa tempat bersejaarah, yang dirampas oleh Israel tanpa hak. Tempat kelahiran Nabi Ibrahim di Hebron, dan tempat kelahiran Nabi Isa di Betlehem, telah dirampas oleh Israel, malah beberapa tempat bersejarah Islam juga turut dirampas dan ditukarkan menjadi tempat yahudiu pula. Tak patut, tak patut
Jadi apakah reaksi Israel dan proksinya Amerika Syarikat? Sudah tentu mereka mengungi tidak. Dewan malah diselubungi gelak tawa apabila wakil Israel memberikan jawapan "NO" - kerana mustahil Israel akan bersetuju. Setiap kali disebut undian "YES" dewan akn bertepuk gemuruh memberi sokongan kepada Palestin.
US, Israel, Jerman, Kanada, Holland bersama-sama 9 negara lain mengatakan tidak (voted "NO") dan 107 negara lain termasuk China, Brazil, Afrika Selatan, dan Perancis mengatakan YES untuk Palestin. British dan Itali pula menolak untuk mengundi.
Lebih teruk lagi, "Abang Long " Israel, Negara Encik Sam, berjanji seia sekata akan memutuskan sumbangan kepada UNESCO. Tindakan ini sedikit sebanyak merugikan UNESCO kerana 22% daripada dana UNESCO disumbang oleh Washington dengan jumlah yang bernilai $80 Juta. Walau bagaimanapun, UNESCO pernah sahaja berdiri sendiri tanpa bantuan US kerana pada zaman Ronald Reagan bantuan ini diberhentian dan hanyalah pada zaman G.W.Bush (anak dia, bukan ayah dia) sumbangan ini diteruskan , jadi UNESCO akan utuh berdiri, insyaAllah. Alasan US untuk pemotongan ini ialah ia akan mengganggu gugat usaha damai Palestin-Israel yang bagi US hanya akan dicapai dengan pertemuan dua hala Israel dan Palestin. Sudah-sudahlah US, semua orang tahu pertemuan yang hanya akan ada ialah bedilan bom Israel mengenai rakyat Palestin.
Ini ada video bagaimana kelam kabutnya wakil US apabila mengumumkan pemotongan dana tersebut. Apabila seorang wartawan bertanyakan soalan-soalan panas, menggelupur minah tu nak jawab. Hah, nak buat macam mana kan? Dia nak sangat menegakkan benang yang basah, Sila lihat.
Ha, dah tonton? Kan saya udah bilangin, kelam kabut perempuan itu menjawab soalan-soalan bertubi-tubi daripada wartawan smart gila ini
Israel macam biasalah, lagaknya takut dengan bayang-bayang sendiri mengungkapkan peristiwa bersejarah ini sebagai "Tragedi". Hoi, yang kau bunuh-bunuh orang Palestin itu apa pula? Usaha damai? Memandangkan kita memang tahu persepsi Israel terhadap kekejaman sangat pelik dan ngok ngek, marilah kita abaikan.
Sekali lagi, tahniah Palestin!
Dan pesanan untuk umat islam yang lain - Please, please, please. Sumbanglah yang termampu untuk membantu saudara-saudara kita di Palestin. Doa boleh, duit boleh, boikot pun boleh. Kita tak mahu bukan diri kita terkontang-kanting jawab soalan Allah kelak apabila rakyat Palestin menuntut hak mereka sebagai saudara seislam di hadapan Allah kelak? Mari, mari, do our part.
Ayuh, insyaAllah
Subscribe to:
Posts (Atom)